Dipublish oleh Admin | 16 Juni 2025, 12.08 WIB
Towa News, Jakarta - Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) untuk Isu Air Dunia, Retno Marsudi, mengatakan manajemen air yang berkelanjutan dapat memberikan dampak yang lebih luas kepada visi swasembada pangan Indonesia.
“Dengan manajemen air yang berkelanjutan, swasembada pangan akan memberikan multiplier effect yang dapat dirasakan seluruh bangsa Indonesia, mulai dari mendukung upaya menekan kasus stunting dan malnutrisi anak, hingga kelaparan yang mengancam,” kata Retno dalam webinar di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut, Retno mengatakan manajemen air yang berkelanjutan dan terintegrasi memerlukan kerja sama multipihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan masyarakat.
Menteri Luar Negeri Indonesia ke-17 itu menilai, salah satu hal krusial yang perlu dimiliki oleh para pemangku kepentingan terkait manajemen air berkelanjutan ini adalah transformasi pola pikir untuk memproduksi lebih banyak dengan sumber daya yang sedikit (produce more with less).
Menurut Retno, manajemen air yang berkelanjutan dan terintegrasi bukan merupakan beban tambahan (additional burden), melainkan investasi untuk masa depan.
“Ke depan, inovasi bidang pertanian dengan mempertimbangkan efisiensi penggunaan air akan dapat menjadi game changer dalam mewujudkan ketahanan pangan dunia,” ujar Retno.
Selain itu, diperlukan juga data dan informasi yang cukup dan andal (reliable) seperti soal jumlah air yang tersedia, kebutuhan agregat untuk memproduksi pangan, serta fluktuasi ketersediaan air.
“Data dan informasi yang akurat akan memastikan adanya perencanaan yang baik untuk produksi pangan yang tangguh, terutama terhadap perubahan iklim, kekeringan, dan berbagai faktor lainnya,” kata Retno.
Lebih lanjut, ia mengatakan data dan informasi yang akurat juga dapat menjadi dasar pengembangan riset yang dapat mendorong inovasi dan teknologi baru di isu air dan pangan, seperti penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk manajemen air dan pangan.
Upaya lainnya yang bisa didorong adalah keterlibatan perempuan dan pemuda di tengah-tengah transformasi sistem pangan.
Retno mengatakan, di hampir seluruh negara di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, setengah dari pekerja di sektor pertanian adalah perempuan.
“Oleh karena itu, isu perempuan harus masuk dalam semua kebijakan terkait pertanian. Namun, perempuan sering menghadapi hambatan, seperti akses terbatas ke lahan, kredit, teknologi, dan pelatihan,” kata Retno.
“Jika perempuan memiliki akses yang setara terhadap sumber daya produktif, hasil pertanian dapat meningkat hingga 30 persen, yang berpotensi mengurangi kelaparan global sebesar 12-17 persen,” imbuhnya.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.
Hasan Nasbi Buka Suara Soal Pernyataan Fadli Zon...
Towa News | 16 Juni 2025, 15.07 WIB
Ekspor Air dan Minuman Tanpa Alkohol Indonesia Tembus...
Towa News | 16 Juni 2025, 11.58 WIB
Kemendagri Lakukan Evaluasi Menyeluruh Usai Presiden Prabowo Ambil...
Towa News | 16 Juni 2025, 10.05 WIB
Presiden Prabowo Bertolak ke Singapura untuk Kunjungan Kenegaraan...
Towa News | 15 Juni 2025, 20.20 WIB
Dasco: Presiden Prabowo Akan Putuskan Polemik Empat Pulau...
Towa News | 14 Juni 2025, 21.46 WIB
Berdasarkan Hasil Survei Litbang Kompas, 78,3% Publik Yakin...
Towa News | 14 Juni 2025, 09.42 WIB
Indonesia dan Selandia Baru Sepakat Perkuat Hubungan Strategis,...
Towa News | 13 Juni 2025, 14.59 WIB
TNI AD Klarifikasi Kontroversi Perekrutan 24 Ribu Tamtama...
Towa News | 13 Juni 2025, 11.38 WIB
Pemerintah Ajak Sektor Swasta Terlibat Aktif dalam Pembangunan...
Towa News | 13 Juni 2025, 11.10 WIB
Presiden Prabowo Umumkan Kenaikan Gaji Hakim, Golongan Junior...
Towa News | 12 Juni 2025, 11.57 WIB