Ribuan Warga Thailand Tuntut PM Paetongtarn Shinawatra Mundur di Tengah Krisis Perbatasan

Dipublish oleh Admin | 04 Agustus 2025, 09.29 WIB

Ribuan Warga Thailand Tuntut PM Paetongtarn Shinawatra Mundur di Tengah Krisis Perbatasan
Foto : Paetongtarn Shinawatra, Sumber : www.ntvnews.id

Towa News, Jakarta - Ribuan pengunjuk rasa memadati Monumen Kemenangan di Bangkok, Thailand, untuk menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra. Aksi ini muncul setelah Paetongtarn diskors oleh pengadilan karena diduga mendukung militer dalam konflik bersenjata dengan Kamboja, yang telah menewaskan lebih dari 30 orang dan mengakibatkan lebih dari 260.000 warga mengungsi.

Dalam suasana panas terik, massa menyanyikan lagu-lagu nasionalis dan mendengarkan orasi-orasi keras yang mengecam Paetongtarn serta ayahnya, mantan PM Thaksin Shinawatra. Sebagian pengunjuk rasa juga menyuarakan dukungan terhadap militer Thailand yang mereka anggap sebagai penjaga kedaulatan negara.

Kepolisian memperkirakan ada sekitar 2.000 orang berkumpul sejak siang, dan jumlahnya diperkirakan terus bertambah menjelang sore.

Sejumlah warga lokal menilai keluarga Shinawatra telah membiarkan konflik perbatasan dengan Kamboja terus berlarut. Wilayah sengketa ini telah menjadi sumber ketegangan selama beberapa dekade, dengan kedua negara saling mengklaim area yang sama.

Ketegangan meningkat setelah bocornya rekaman percakapan telepon antara Paetongtarn dan mantan PM Kamboja, Hun Sen. Dalam rekaman tersebut, Paetongtarn menyebut Hun Sen sebagai "paman" dan dianggap meremehkan seorang jenderal militer Thailand. Konten percakapan tersebut memicu kemarahan publik dan menjadi alasan pengadilan menonaktifkannya dari jabatan bulan lalu.

Meski konflik perbatasan terbaru telah dihentikan lewat gencatan senjata yang dimediasi Malaysia pada 29 Juli 2025, gelombang kemarahan terhadap pemerintahan Paetongtarn belum mereda.

"Ung Ing, kau harus pergi. Tanganmu berlumuran darah," seru Jittakorn Bussaba, seorang kolumnis konservatif yang menjadi orator dalam aksi tersebut. Seruan ini disambut tepuk tangan meriah dari massa.

"Saya datang untuk menggulingkan pemerintah demi melindungi kedaulatan negara dan mendukung para tentara," ujar Kittiwat (75 tahun), salah satu demonstran.

"Thaksin dan keluarganya tidak layak memimpin negara ini lagi," kata Ammorn Khunthong (58 tahun), menunjukkan kekecewaannya terhadap dinasti politik Shinawatra.

Demonstrasi ini juga diwarnai kehadiran sejumlah tokoh dari kelompok konservatif pro-monarki yang dikenal sebagai Kaus Kuning — kelompok yang sebelumnya menggulingkan pemerintahan Yingluck Shinawatra, saudara perempuan Thaksin, lewat kudeta militer tahun 2014.

Thaksin, mantan taipan bisnis yang berpengaruh, pernah mendominasi politik Thailand sejak awal 2000-an. Namun, ia juga kerap dituding menyalahgunakan kekuasaan dan mencampuradukkan urusan bisnis dengan kebijakan pemerintahan.

Sejak menjadi monarki konstitusional pada 1932, Thailand telah mengalami 13 kudeta militer. Kudeta terakhir terjadi pada 2014, yang juga menumbangkan kekuasaan keluarga Shinawatra.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video