Korea Selatan Copot Pengeras Suara Propaganda di Perbatasan, Upaya Meredakan Ketegangan dengan Korea Utara

Dipublish oleh Admin | 05 Agustus 2025, 08.58 WIB

Korea Selatan Copot Pengeras Suara Propaganda di Perbatasan, Upaya Meredakan Ketegangan dengan Korea Utara
Foto : Perbatasan Korea Selatan Dan Korea Utara, Sumber : AP PHOTO/AHN YOUNG-JOON, FILE

Towa News, Jakarta - Pemerintah Korea Selatan mulai membongkar pengeras suara yang sebelumnya digunakan untuk menyiarkan musik K-pop dan pesan-pesan propaganda ke Korea Utara. Langkah ini diambil sebagai bagian dari inisiatif Presiden Lee Jae-myung untuk meredakan ketegangan lintas perbatasan.

“Militer mulai mencopot pengeras suara hari ini sebagai langkah praktis untuk membantu menurunkan ketegangan dengan Korea Utara,” ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Lee Kyung-ho, dalam konferensi pers pada Senin (4/8/2025), seperti dikutip dari CNA dan ABC News.

Meskipun tidak menyebutkan jumlah unit yang dicopot atau bagaimana pengeras suara itu akan disimpan, Lee menegaskan bahwa seluruh perangkat akan selesai dibongkar pada akhir pekan ini. Tidak ada komunikasi sebelumnya antara militer kedua negara terkait langkah ini.

Kebijakan ini merupakan perubahan signifikan dari pendekatan konfrontatif sebelumnya, yang melibatkan siaran lagu-lagu K-pop dan berita ke arah Korea Utara sebagai respons terhadap balon-balon sampah yang dikirim dari Pyongyang tahun lalu.

Sejak Presiden Lee dilantik, setelah menggantikan presiden sebelumnya yang dimakzulkan karena gagal memberlakukan darurat militer, ia telah mengupayakan pendekatan yang lebih damai terhadap Korea Utara. Salah satunya dengan menghentikan siaran propaganda dan memerintahkan pencopotan pengeras suara.

Sebagai balasan, Korea Utara pun menghentikan siaran suara-suara aneh yang sebelumnya mengganggu penduduk Korea Selatan di perbatasan.

Namun demikian, Korea Utara belum memberikan tanggapan resmi atas langkah terbaru dari Seoul. Pekan lalu, Kim Yo Jong — adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un — menyindir bahwa sentimen damai Seoul hanyalah ilusi jika berharap bisa membalikkan keadaan hanya dengan "kata-kata sentimental".

Korea Utara tampaknya lebih fokus menjalin aliansi strategis dengan Rusia, di tengah perang Ukraina, dan menolak pendekatan diplomatik dari Selatan maupun AS.

Meski hubungan antar-Korea berada dalam titik terendah, Presiden Lee tetap bersikeras untuk membuka jalur dialog tanpa prasyarat, berbeda dengan pendahulunya, Yoon Suk Yeol, yang mengambil sikap lebih keras.

Sengketa dan ketegangan antara kedua negara terus membayangi kawasan, mengingat keduanya secara teknis masih berstatus perang akibat tidak adanya perjanjian damai sejak Perang Korea 1950–1953 berakhir dengan gencatan senjata.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video