Dipublish oleh Tim Towa | 10 September 2025, 11.05 WIB
Towa News, Kathmandu - Nepal mengalami krisis kepemimpinan setelah Presiden Ram Chandra Poudel mengundurkan diri beberapa jam setelah Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur dari jabatannya, Selasa (9/9/2025). Pengunduran diri kedua pejabat tertinggi negara ini terjadi di tengah gelombang demonstrasi besar-besaran yang telah memakan korban jiwa.
Kekosongan kepemimpinan eksekutif ini membuat situasi politik Nepal semakin kacau. Militer Nepal dikabarkan kemungkinan akan mengambil alih kekuasaan, dengan Panglima Militer Nepal Ashok Raj Sigdel yang dikabarkan akan mengeluarkan pernyataan dalam waktu dekat.
Demonstrasi Meluas, Rumah Pejabat Dibakar
Gelombang protes yang dipimpin oleh generasi Z, mayoritas pelajar dan mahasiswa, telah berlangsung sejak Jumat (5/9/2025). Demonstrasi mencapai puncaknya pada Senin (8/9) ketika bentrokan tak terelakkan antara pemrotes dan polisi menewaskan 19 orang dan melukai ratusan lainnya.
Amarah massa mengarah pada aksi pembakaran dan penjarahan rumah-rumah pejabat. Selain rumah PM Oli dan beberapa menteri, kediaman Presiden Poudel juga menjadi sasaran. Sekelompok pedemo membobol masuk kawasan rumah Poudel, membakar, dan menjarah barang-barang berharga.
Ratusan demonstran juga menyerbu kantor Perdana Menteri dan membakar sejumlah rumah milik tokoh politik, termasuk kediaman PM Oli di Bhaktapur. Gedung Mahkamah Agung dan Parlemen Nepal turut menjadi sasaran pembakaran massa.
Evakuasi Pejabat dan Pengamanan Ketat
Imbas situasi yang semakin memburuk, militer Nepal mengevakuasi para menteri kabinet pemerintah dari rumah dinas mereka di Kawasan Bhaisepati menggunakan helikopter. Pejabat pemerintah lain juga telah dievakuasi ke barak militer dan mendapat pengamanan yang lebih ketat dari biasanya.
Pejabat keamanan senior Nepal menuturkan militer telah memperketat pengamanan Gedung Parlemen sebagai langkah antisipasi.
Sumber: news18
Seruan Militer untuk Perdamaian
Panglima Angkatan Darat Nepal, Jenderal Ashok Raj Sigdel, dalam pidatonya kepada rakyat, menyerukan perdamaian dan penyelesaian krisis melalui jalur dialog.
"Kami menyerukan semua pihak menghentikan aksi kekerasan dan mengedepankan penyelesaian damai. Dialog adalah satu-satunya jalan keluar dari krisis ini," ujar Sigdel.
Akar Masalah: Korupsi dan Pembatasan Media Sosial
Kelompok pedemo yang mayoritas terdiri dari anak muda dan mahasiswa mengaku sudah lama gerah dengan budaya korupsi merajalela di lingkaran elite politik. Gen Z Nepal menggunakan media sosial seperti Reddit dan Instagram untuk mengekspos gaya hidup mewah anak-anak pejabat, termasuk mobil sport dan liburan mewah ke luar negeri.
Situasi memburuk ketika pemerintah Nepal memblokir 26 situs media sosial yang dianggap tidak terdaftar secara resmi, termasuk Facebook dan X, pada Jumat (5/9/2025). Pelarangan ini memicu kemarahan publik yang menganggap pembatasan akses ke platform digital merupakan bentuk represi terhadap hak untuk menyampaikan pendapat.
Meski pemerintah mencabut larangan tersebut pada Senin (8/9) malam sebagai upaya meredam kemarahan publik, aksi demonstrasi tetap berlangsung dan semakin meluas.
Demonstrasi Menyebar ke Berbagai Wilayah
Unjuk rasa menyebar ke berbagai wilayah lain di Kathmandu, seperti Kalanki, Kalimati, Tahachal, dan Baneshwor, serta daerah Chyasal, Chapagau, dan Thecho di distrik Lalitpur. Demonstran meneriakkan berbagai slogan, di antaranya "KP Chor, Desh Chhod" (KP pencuri, tinggalkan negara ini) dan "Ambil Tindakan Terhadap Pemimpin Korup".
Di Kota Lalitpur, para demonstran dilaporkan melempari rumah Menteri Komunikasi Prithvi Subba Gurung dengan batu. Gurung adalah sosok yang memerintahkan pemblokiran media sosial.
"Demo Nepal"
Menurut sumber dalam pemerintahan Nepal, Oli belum berencana meninggalkan negara tersebut dalam waktu dekat. Namun dengan kekosongan kepemimpinan yang terjadi, masa depan politik Nepal kini berada dalam ketidakpastian.
Sumber: CNN Indonesia, Kompas.com, news18
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.
Menlu: Peru Akan Serius Usut Penembakan Diplomat RI...
Towa News | 11 September 2025, 15.19 WIB
Indonesia Mengecam Serangan Israel ke Qatar: Pelanggaran Keras...
Towa News | 10 September 2025, 10.39 WIB
Menlu Minta Peru Selidiki Tuntas Kematian Diplomat RI...
Towa News | 02 September 2025, 12.06 WIB
Netanyahu Perintahkan Duduki Kota Gaza Segera, Abaikan Usulan...
Towa News | 21 Agustus 2025, 08.58 WIB
Trump-Putin Bertemu Tiga Jam di Alaska, Belum Ada...
Towa News | 16 Agustus 2025, 11.49 WIB
Calon Presiden Kolombia Miguel Uribe Meninggal Dunia Akibat...
Towa News | 12 Agustus 2025, 18.10 WIB
Australia Akan Mengakui Kedaulatan Negara Palestina di Sidang...
Towa News | 11 Agustus 2025, 17.12 WIB
Korea Selatan Copot Pengeras Suara Propaganda di Perbatasan,...
Towa News | 05 Agustus 2025, 08.58 WIB
Ribuan Warga Thailand Tuntut PM Paetongtarn Shinawatra Mundur...
Towa News | 04 Agustus 2025, 09.29 WIB
CEK FAKTA : Tidak Ada Gerhana Matahari Total...
Towa News | 02 Agustus 2025, 08.22 WIB