Dipublish oleh Admin | 21 Februari 2025, 11.04 WIB
Towa News, Jakarta - Mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) mengadakan demonstrasi bertajuk Indonesia Gelap di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Gambir, Jakarta Pusat, pada Kamis (21/2/2025). Aksi ini menjadi puncak dari serangkaian protes sebelumnya, setelah upaya mereka bertemu dengan perwakilan pemerintah dalam demonstrasi pada Senin (17/2/2025) tidak membuahkan hasil.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa menyuarakan sembilan tuntutan utama. Mereka mendesak pemerintah untuk meninjau kembali Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 terkait efisiensi anggaran, memastikan transparansi dalam pembangunan dan pajak rakyat, serta melakukan evaluasi besar-besaran terhadap program Makan Bergizi Gratis. Selain itu, mereka menolak revisi Undang-Undang Minerba yang dianggap bermasalah serta menentang dwifungsi TNI.
Tuntutan lainnya mencakup percepatan pengesahan Undang-Undang Perampasan Aset, peningkatan kualitas pendidikan dan layanan kesehatan nasional, penolakan terhadap impunitas serta penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat, dan keberatan atas dugaan intervensi politik Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
Ketika massa aksi berusaha merobohkan barrier beton dengan tali tambang, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi akhirnya muncul di hadapan para demonstran. Ia didampingi oleh Wakil Menteri Sekretaris Negara Juri Ardiantoro serta Bambang Eko Suhariyanto.
Ketiganya naik ke atas kendaraan taktis lapis baja barracuda, dengan Prasetyo berdiri di atas kendaraan tersebut, tepat di belakang barrier beton yang membentang di Jalan Medan Merdeka Barat menuju Istana Negara. Sementara itu, para demonstran tetap berada di sisi lain penghalang tersebut.
Awalnya, Prasetyo menyampaikan permohonan maaf melalui pengeras suara karena baru bisa menemui massa aksi pada Kamis sore, dengan alasan masih memiliki agenda lain sebelumnya.
“Atas izin dan restu dari Bapak Presiden (Prabowo Subianto), kami hadir mewakili pemerintah untuk berkomunikasi dengan adik-adik semua,” ujar Prasetyo. Namun, pembicaraan Prasetyo terpotong oleh orator massa aksi.
Mahasiswa aksi Indonesia Gelap mulai menjebol beton pembatas atau barrier di kawasan Patung Kuda Arjuna Wijaya, Jakarta, Kamis (20/2/2025).
Salah satu orator mempertanyakan apakah politikus Partai Gerindra itu merasa takut terhadap para demonstran, sehingga harus berbicara dengan pengawalan polisi. Menanggapi hal tersebut, Prasetyo meminta koordinator lapangan untuk mendekatinya agar bisa berdiskusi mengenai tuntutan yang diajukan. Namun, permintaan itu langsung ditolak oleh massa aksi. Sebaliknya, mahasiswa menegaskan bahwa justru Prasetyo yang seharusnya mendekati mereka, bukan sebaliknya.
Tak lama kemudian, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro, yang juga berdiri di atas kendaraan taktis, meminta massa aksi memberi jalan menuju mobil komando, mengikuti celah yang terbentuk setelah barrier beton dijebol.
Susatyo menegaskan bahwa tanpa jalan terbuka, mereka tidak akan maju. Mendengar pernyataan itu, mahasiswa akhirnya membuka jalan. Sejumlah polisi kemudian keluar dari barrier beton yang telah dijebol dan membentuk barisan sebagai pengamanan bagi menteri serta wakilnya.
Prasetyo dan rombongannya berjalan melalui jalur yang telah dibuka, lalu naik ke atas mobil komando. Di sana, ia berdiri menghadap para demonstran, berjabat tangan dengan orator, mengepalkan tangan ke udara, dan memberikan salam hormat.
“Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia Hidup perempuan Indonesia!” teriak orator yang disambut sorak-sorai demonstran.
Tak berselang lama, seorang orator beralmamater biru tua membuka map merah yang berisi selembar kertas berisi tuntutan aksi Indonesia Gelap. Setelah itu, ia menyerahkan map merah tersebut kepada Prasetyo.
“Sore hari ini saya nyatakan bahwa, kami, pemerintah menyatakan terbuka, akan menerima tuntunan ini dan mempelajarinya,” ucap Prasetyo.
Prasetyo meminta demonstran memilih perwakilan untuk berdiskusi secara langsung dan konstruktif dengan pihak Istana.
Di hadapan massa aksi, ia menandatangani map merah berisi tuntutan sebagai bentuk komitmen untuk membahasnya bersama perwakilan pemerintah dan menindaklanjutinya. Sebelum membubarkan diri, para demonstran memberikan tenggat waktu 2x24 jam bagi pemerintah untuk merespons sembilan tuntutan yang telah disampaikan melalui Prasetyo.
“Kawan-kawan semua, hari ini kita dokumentasi dan kita ultimatum pihak istana, kita beri waktu selama 2x24 jam,” ujar orator.
Setelah itu, Prasetyo memimpin para demonstran menyanyikan lagu Darah Juang karya John Tobing, yang menjadi simbol perjuangan, perlawanan, dan semangat perubahan bagi rakyat tertindas. Dengan pengeras suara, ia mengangkat tangan kiri ke udara, sebuah gerakan yang segera diikuti oleh massa aksi yang turut mengepalkan tangan sambil menyanyikan lagu tersebut.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.
Novel Baswedan Ditunjuk Jadi Wakil Kepala Satgassus Optimalisasi...
Towa News | 17 Juni 2025, 10.57 WIB
Jalan Indonesia: Dari Nasional hingga Desa
Towa News | 17 Juni 2025, 10.39 WIB
Indonesia-Tiongkok Perkuat Kerja Sama Pendidikan Vokasi dan Teknologi...
Towa News | 17 Juni 2025, 09.30 WIB
Hasan Nasbi Buka Suara Soal Pernyataan Fadli Zon...
Towa News | 16 Juni 2025, 15.07 WIB
Retno Marsudi: Manajemen Air Berkelanjutan Kunci Swasembada Pangan...
Towa News | 16 Juni 2025, 12.08 WIB
Ekspor Air dan Minuman Tanpa Alkohol Indonesia Tembus...
Towa News | 16 Juni 2025, 11.58 WIB
Kemendagri Lakukan Evaluasi Menyeluruh Usai Presiden Prabowo Ambil...
Towa News | 16 Juni 2025, 10.05 WIB
Presiden Prabowo Bertolak ke Singapura untuk Kunjungan Kenegaraan...
Towa News | 15 Juni 2025, 20.20 WIB
Dasco: Presiden Prabowo Akan Putuskan Polemik Empat Pulau...
Towa News | 14 Juni 2025, 21.46 WIB
Berdasarkan Hasil Survei Litbang Kompas, 78,3% Publik Yakin...
Towa News | 14 Juni 2025, 09.42 WIB