Menjadi Incaran Trump, Greenland Menyimpan Kekayaan dan Ancaman Besar

Dipublish oleh Admin | 10 Januari 2025, 02.23 WIB

Menjadi Incaran Trump, Greenland Menyimpan Kekayaan dan Ancaman Besar
Foto Bersumber Dari Towa.co.id

Towa News, Jakarta - Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, berkeinginan menjadikan Greenland bagian dari wilayah AS. Pulau terbesar di dunia ini memiliki daya tarik geopolitik yang besar dan menyimpan kekayaan sumber daya alam yang melimpah.

Menurut Geoff Dabelko, seorang profesor lingkungan di Ohio University, Greenland menjadi titik pertemuan antara perubahan iklim, geopolitik, dan sumber daya alam. Pemanasan wilayah ini terjadi empat kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global.

Sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press dan dikutip detikINET, Greenland memiliki cadangan logam tanah jarang yang sangat penting untuk produksi perangkat teknologi, selain itu terdapat uranium, minyak yang belum banyak dieksplorasi, serta gas alam yang melimpah.

Salah satu aspek penting dari Greenland adalah jumlah es yang sangat besar, yang dapat menimbulkan bahaya serius. Eric Rignot, ilmuwan iklim dari University of California, Irvine, menyatakan bahwa jika es tersebut mencair, dampaknya akan mengubah garis pantai di seluruh dunia dan secara drastis memengaruhi pola cuaca.

Diperkirakan, mencairnya es di Greenland dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut hingga 7,4 meter, yang berpotensi memicu bencana besar. Sejak tahun 1992, Greenland telah kehilangan sekitar 182 miliar ton es setiap tahunnya.

Selain itu, Greenland berperan sebagai semacam mesin dan pengendali utama untuk sirkulasi laut yang berpengaruh besar pada iklim global, termasuk pembentukan topan dan badai musim dingin. Fenomena ini dikenal sebagai Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC), yang saat ini melambat akibat meningkatnya aliran air tawar dari es Greenland yang mencair ke laut.

Gangguan pada AMOC menjadi salah satu titik kritis iklim yang sangat mengkhawatirkan, karena dapat menyebabkan Eropa dan sebagian Amerika Utara mengalami periode pembekuan panjang. Skenario ini pernah digambarkan dalam film tahun 2004, The Day After Tomorrow.

"Jika sistem arus global ini melambat secara substansial atau bahkan runtuh sama sekali, suhu normal dan pola hujan di seluruh dunia akan berubah drastis. Pertanian akan rusak, ekosistem akan hancur, dan cuaca normal akan menjadi masa lalu," kata ilmuwan iklim Jennifer Francis dari Pusat Penelitian Iklim Woodwell.

Greenland juga berkontribusi terhadap cuaca dingin ekstrem yang kini melanda dua pertiga wilayah Amerika Serikat. Pada tahun 2012, pola cuaca di Greenland berperan dalam mengarahkan Badai Sandy ke wilayah New York dan New Jersey.

 

 

Referensi : inet.detik.com

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video