Bank Indonesia Catat Capital Inflow Rp10,79 Triliun di Awal Juli 2025, SBN Jadi Primadona

Dipublish oleh Admin | 07 Juli 2025, 11.32 WIB

Bank Indonesia Catat Capital Inflow Rp10,79 Triliun di Awal Juli 2025, SBN Jadi Primadona
Foto : Ilustrasi Capital Inflow, dok.Istimewa

Towa News, Jakarta - Bank Indonesia (BI) melaporkan aliran modal asing masuk atau capital inflow senilai Rp10,79 triliun ke pasar keuangan domestik pada awal Juli 2025. Data tersebut merujuk pada transaksi periode 30 Juni hingga 3 Juli 2025.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam pernyataannya yang dikutip Senin (7/7/2025), menjelaskan bahwa aliran masuk terbesar tercatat di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Sementara itu, pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan pasar saham justru mencatatkan aliran modal keluar.

“Terdiri dari jual neto sebesar Rp2,31 triliun di pasar saham, dan Rp2,04 triliun di SRBI, serta beli neto sebesar Rp15,14 triliun di pasar SBN,” ujar Ramdan.

Secara keseluruhan sejak awal tahun hingga 3 Juli 2025, nonresiden tercatat telah melakukan jual neto sebesar Rp52,95 triliun di pasar saham dan Rp34,72 triliun di SRBI. Di sisi lain, pasar SBN masih menjadi daya tarik utama dengan total beli neto sebesar Rp53,07 triliun sepanjang tahun berjalan.

BI juga mencatat penurunan premi risiko investasi Indonesia. Credit default swaps (CDS) Indonesia tenor 5 tahun turun menjadi 74,60 basis poin (bps) per 3 Juli 2025, dibandingkan dengan 77,60 bps pada 27 Juni 2025. Penurunan ini menunjukkan persepsi risiko investasi terhadap Indonesia yang semakin membaik.

Dalam laporan yang sama, BI mengungkapkan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada Kamis (3/7), rupiah ditutup di level (bid) Rp16.185 per dolar AS dan dibuka pada level (bid) Rp16.200 pada Jumat (4/7).

Sementara itu, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun menunjukkan tren stabil, turun tipis ke 6,59 persen pada Kamis dan kembali ke 6,60 persen pada Jumat.

Untuk indikator global, indeks dolar AS (DXY) tercatat turun ke level 97,18, sedangkan yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun naik ke level 4,346 persen.

Tren ini menunjukkan meskipun pasar saham dan SRBI belum menarik cukup dana asing, pasar obligasi pemerintah Indonesia tetap menjadi magnet utama investor global. Perkembangan ini juga mempertegas pentingnya kestabilan fundamental ekonomi dan daya saing instrumen investasi domestik di tengah dinamika global.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video