Dipublish oleh Admin | 15 Juli 2025, 10.04 WIB
Towa News, Jakarta - Sebagian kecil ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menurunkan suku bunga acuan pada Rabu (16/7), sementara mayoritas lainnya memperkirakan pemangkasan akan dilakukan sebelum akhir kuartal III 2025.
Dalam pertemuan bulan Juni lalu, BI mengisyaratkan kemungkinan penurunan suku bunga lanjutan guna mendorong konsumsi dan investasi, dengan menyebut inflasi yang masih terkendali. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa waktu pemangkasan akan bergantung pada kondisi global dan stabilitas rupiah.
Sejak saat itu, nilai tukar rupiah menguat sekitar 0,5%, dan inflasi utama naik menjadi 1,87% pada Juni — masih dalam target BI sebesar 1,5% hingga 3,5%.
Namun, ketidakpastian akibat ancaman tarif impor baru dari Presiden AS Donald Trump, termasuk tenggat waktu 1 Agustus mendatang, membuat para ekonom terbelah pendapat.
Dalam jajak pendapat Reuters pada 7–14 Juli, sebanyak 15 dari 29 ekonom memperkirakan BI akan memangkas suku bunga acuan reverse repo 7 hari sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%. Sementara 14 lainnya memperkirakan BI akan menahan suku bunga tetap di level 5,50%.
Dari 26 ekonom yang memberikan pandangan jangka panjang, 21 orang memperkirakan suku bunga akan berada di 5,25% pada akhir kuartal ini. Sebanyak 13 orang bahkan memproyeksikan pemangkasan lanjutan sebesar 25 bps menjadi 5,00% pada akhir tahun.
"Sejak BI menahan suku bunga pada pertemuan terakhir Juni, kondisinya kini lebih mendukung, dengan kurs USD/IDR yang cukup stabil," kata Krystal Tan, ekonom di ANZ. "BI jelas menunjukkan sikap dovish dan terus mengisyaratkan ruang untuk pelonggaran lebih lanjut."
Namun, ia mengingatkan: "Risiko utama dalam proyeksi kami adalah memburuknya sentimen risiko secara tajam, terutama jika terjadi kekecewaan dalam pembicaraan tarif atau lonjakan inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan."
Mayoritas ekonom juga memperkirakan penurunan masing-masing sebesar 25 bps pada suku bunga fasilitas simpanan (deposit facility) dan suku bunga pinjaman (lending facility) menjadi 4,50% dan 6,00%.
Pemangkasan suku bunga diperkirakan mencerminkan kekhawatiran atas dampak ancaman tarif AS sebesar 32% terhadap barang Indonesia jika tidak tercapai kesepakatan dagang sebelum tenggat 1 Agustus.
"Dampaknya bagi BI akan terasa melalui meningkatnya volatilitas dan ketidakpastian berkepanjangan jika implementasi tarif tertunda atau hasil negosiasi belum pasti," kata Lavanya Venkateswaran, ekonom senior ASEAN di OCBC Bank. "Jika tarif benar-benar diterapkan, kebijakan BI perlu mendukung pertumbuhan yang kini mulai melambat."
Survei juga menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh rata-rata 4,8% pada 2025 dan 4,9% pada 2026, tidak berubah dari proyeksi sebelumnya. Namun sejumlah ekonom telah menurunkan proyeksi mereka sejak pengumuman tarif AS pertama pada 2 April.
Inflasi Indonesia diperkirakan rata-rata 1,8% pada 2025 dan 2,6% pada 2026.
Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.
Menkeu Purbaya: Bank-Bank Pintar Tapi Selama Ini Malas,...
Towa News | 16 September 2025, 21.53 WIB
Menkeu: Bank BUMN Kewalahan Kelola Dana Rp 200...
Towa News | 15 September 2025, 19.48 WIB
Presiden Prabowo Setujui Penarikan Dana Rp200 Triliun dari...
Towa News | 11 September 2025, 15.02 WIB
IHSG Menguat 1,19% ke Level 7.790 Setelah Koreksi...
Towa News | 11 September 2025, 09.58 WIB
Menkeu Bakal Tarik Dana Pemerintah Rp200 Triliun di...
Towa News | 11 September 2025, 09.36 WIB
Menko Airlangga: E-Commerce Indonesia Dikuasai Segelintir Pemain Besar
Towa News | 09 September 2025, 09.50 WIB
Prabowo Yakin Fundamental Ekonomi Indonesia Kuat dan Solid
Towa News | 08 September 2025, 10.01 WIB
Gubernur BI Kritik Lambatnya Penurunan Suku Bunga Kredit...
Towa News | 20 Agustus 2025, 17.35 WIB
OJK Blokir 1.556 Pinjaman Online Ilegal hingga Juli...
Towa News | 19 Agustus 2025, 12.17 WIB
IHSG Tembus Level Psikologis 8.000 Saat Presiden Prabowo...
Towa News | 15 Agustus 2025, 12.44 WIB