Aroma Kematian dan Rasa Cemas Menyelimuti Kota di Myanmar Seminggu Pasca-Gempa Hebat

Dipublish oleh Admin | 05 April 2025, 18.33 WIB

Aroma Kematian dan Rasa Cemas Menyelimuti Kota di Myanmar Seminggu Pasca-Gempa Hebat
Warga melintas di depan sebuah bangunan roboh di Mandalay, Myanmar.(AFP/STR)

Towa News, Jakarta - Seorang warga bernama Ko Zeyar harus melewati jalanan yang rusak parah serta puing-puing bangunan untuk kembali ke kampung halamannya di Sagaing, Myanmar, wilayah yang mengalami kerusakan paling parah akibat gempa.

Biasanya, perjalanan dari Mandalay ke Sagaing hanya memakan waktu sekitar 45 menit. Namun, akibat kerusakan infrastruktur, Ko membutuhkan waktu hingga 24 jam untuk sampai.

Mengutip laporan CNN pada Sabtu (5/4/2025), wilayah Sagaing menjadi titik pusat dari gempa berkekuatan M 7,7 yang mengguncang Myanmar pada Jumat (28/3), tercatat sebagai gempa terbesar dalam satu abad terakhir. Gempa ini menimbulkan kehancuran besar dan merenggut lebih dari 3.000 nyawa.

Saat akhirnya tiba di Sagaing, Ko merasa lega karena keluarganya berhasil selamat. Namun, ia juga harus menerima kenyataan bahwa sebagian besar temannya telah meninggal dan kondisi kota hancur total.

Ko menyaksikan banyak jenazah masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan yang belum bisa dievakuasi. Jenazah-jenazah itu bahkan belum masuk dalam data resmi korban yang melebihi angka 3.000 jiwa.

“Seluruh kota dipenuhi bau mayat,” ungkap Ko Zeyar yang juga bekerja sebagai relawan sosial.

Saat ini, warga sekitar berusaha melakukan pemakaman massal bagi para korban, sementara para penyintas masih mengantre bantuan makanan dan air bersih.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video