Indonesia memperoleh komitmen investasi senilai Rp 120 triliun dari Cina, Ada Pemilik Volvo

Dipublish oleh Admin | 23 Desember 2024, 04.18 WIB

Indonesia memperoleh komitmen investasi senilai Rp 120 triliun dari Cina, Ada Pemilik Volvo
Foto Bersumber Dari Towa.co.id

Sumber Foto : finance.detik.com

Towa News, Jakarta - Menteri Investasi dan Hilirisasi sekaligus Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, mengadakan pertemuan dengan delapan perusahaan selama kunjungannya ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 18-20 Desember 2024. Dari pertemuan tersebut, berhasil dicapai komitmen investasi baru senilai US$ 7,46 miliar atau sekitar Rp 120 triliun.
"Beberapa pertemuan yang dilaksanakan di Hangzhou, Quzhou dan Beijing ini berhasil membukukan total komitmen investasi baru sebesar US$ 7,46 miliar atau setara dengan Rp 120 triliun," kata Rosan dalam keterangan tertulis, Senin (23/12/2024).

Pertemuan Dengan Geely Auto Group
Pertemuan pertama berlangsung di fasilitas produksi Geely Auto Group, membahas peluang investasi dalam pengembangan sektor otomotif di Indonesia. Produsen otomotif terkemuka dunia tersebut dikabarkan telah menyatakan komitmennya untuk bekerja sama dengan perusahaan Indonesia dalam perakitan mobil listrik.
"Kami menyambut baik ajakan untuk pengembangan industri otomotif di Indonesia. Kami juga mengembangkan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dari mulai refinery, industri baterai dan battery recycling," kata Vice President Geely Auto Group Song Jun.
Geely memegang saham di beberapa merek mobil terkenal Eropa di antaranya Volvo, Daimler dan Lotus. Di Asia Tenggara, Geely menjadi pemegang saham minoritas Proton.
Jun mengungkapkan, perusahaan yang telah berdiri lebih dari satu dekade itu juga sedang mengembangkan mobil berbahan bakar metanol dan mulai dipasarkan ke beberapa negara.
"Kami melihat, di Indonesia potensi pengembangan mobil berbahan bakar metanol sangat besar karena Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia dan kita tahu bahwa metanol itu salah satunya dari sawit," ungkap Rosan.

Pertemuan Dengan Zhenshi Holding Group Co Ltd
Perusahaan kedua yang dikunjungi adalah Zhenshi Holding Group Co Ltd, yang telah berinvestasi dalam berbagai proyek smelter nikel, termasuk di Maluku Utara dan Morowali. Anak perusahaannya, Jushi Group, dikenal sebagai salah satu produsen fiberglass terbesar di dunia.
Jushi Group berencana mengucurkan investasi baru senilai US$ 1 miliar pada tahap awal untuk industri fiberglass, dengan estimasi menciptakan sekitar 4.500 lapangan kerja.
"Saya mendengar pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto berencana membangun 15 juta rumah. Kami melihat ini kesempatan baik bagi kami karena fiberglass bisa menjadi alternatif untuk atap rumah," ungkap Chairman of the Board of Zhenshi Holding Group Co. Ltd Zhang Yuqiang.
Ke depannya, ia berharap investasi yang dilakukan tidak hanya terbatas pada sektor fiberglass, tetapi juga mencakup berbagai sektor lain seperti pertanian, manufaktur, energi terbarukan, dan sebagainya. Rosan pun menyatakan dukungannya terhadap rencana investasi tersebut.
"Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo memiliki empat program prioritas di antaranya hilirisasi, ketahanan pangan dan ketahanan energi. Tentunya, kami menyambut baik jika Zhenshi Group juga memiliki minat investasi di sektor pertanian dan energi," jelas Rosan.

Pertemuan dengan Wankai New Materials (Zhink Group)
Pertemuan ketiga dilakukan dengan Wankai New Materials, yang merupakan bagian dari Zhink Group, untuk membahas minat investasi di sektor industri petrokimia turunannya.
Total rencana investasi ini mencapai US$ 1 miliar yang akan dilaksanakan dalam tiga tahap. Zhink Group sendiri merupakan produsen PET (Polietilena Tereftalat) terbesar ketiga di Tiongkok dan kelima terbesar di dunia.
"Untuk Indonesia, kami rencananya akan berinvestasi di Cilegon dengan menggandeng perusahaan global lainnya. Masuknya investasi kami akan membantu Indonesia mensubtitusi impor guna memenuhi kebutuhan PET di dalam negeri," papar Chairman of Wankai New Materials Shen Zhigang.
Menanggapi hal tersebut, Rosan menyampaikan apresiasi dan kesiapan mengawal rencana investasi dimaksud, termasuk dalam hal percepatan pemberian perizinan berusaha.

Pertemuan dengan Hongshi Holding Group
Pertemuan keempat diadakan dengan Hongshi Holding Group, yang berencana mengembangkan kawasan industri untuk memproduksi silikon, polisilikon (bahan baku panel surya), baterai beserta komponennya, serta Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 2 gigawatt. Rencananya, pembangunan investasi baru senilai US$ 5 miliar ini akan dilaksanakan secara bertahap.
Menanggapi minat investasi perusahaan, Rosan menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi terbarukan, dengan total kapasitas lebih dari 3.700 gigawatt, di mana 3.000 gigawatt di antaranya berasal dari energi surya.
"Kami mengajak investor global untuk turut andil di sektor renewable energy karena ini sejalan dengan target Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2060 or sooner," tutur Rosan.

Pertemuan dengan Huayou Holding Group
Kunjungan kelima dilakukan ke kantor pusat Huayou Holding Group di Quzhou, di mana Rosan berkesempatan mengunjungi fasilitas produksi rantai pasok industri baterai terintegrasi. Investasi Huayou di Indonesia tercatat cukup signifikan, dengan total 15 proyek dan 20.000 karyawan.
Huayou bekerja sama dengan beberapa mitra domestik, seperti Antam, MIND ID, Merdeka Battery Materials, dan Vale Indonesia. Saat ini, proyek Huayou tersebar di tiga lokasi utama, yakni Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), dan Indonesia Pomalaa Industry Park (IPIP).
Ke depannya, pengembangan proyek akan dilakukan di Sorowako dan Buli. Total investasi Huayou di Indonesia telah mencapai US$ 6,3 miliar, dan perusahaan ini berhasil mengintegrasikan pertambangan smelter (HPAL, RKEF), pemurnian (refinery), serta prekursor.
"Kami mengapresiasi investasi Huayou yang telah berjalan di Indonesia. Untuk ke depannya, kami mendorong Huayou untuk dapat mengembangkan investasi yang lebih ke hilir dengan pemberian nilai tambah prekursor menjadi katoda sampai dengan battery recycling," ungkap Rosan.
Diskusi dilanjutkan terkait pusat riset dan pengembangan (R&D) di mana secara global, total tim R&D Huayou mencapai 5.200 orang. Adapun investasi biaya pengembangan produk mencapai 8% dari total pendapatan.
"Kami meminta Huayou untuk membangun pusat R&D di Indonesia dan tadi saat diskusi Huayou setuju untuk melakukannya. Tentunya ini didukung pemerintah dan dapat diberikan insentif pengurangan pajak sebesar 300% berupa Super Tax Deduction," papar Rosan.

Pertemuan dengan CEEC, CITIC dan Zhuhai Hongwan Ocean Fisheries
Menutup kunjungannya ke RRT, Rosan mengadakan pertemuan satu lawan satu dengan tiga perusahaan di Beijing. Pertemuan pertama dengan China Energy Engineering Corporation (CEEC) membahas peluang investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT), khususnya pemanfaatan sumber daya angin lepas pantai di Indonesia. Perusahaan ini juga menunjukkan minatnya di sektor industri green-hydrogen, amonia, dan metanol.
Selanjutnya, pertemuan dengan CITIC membahas potensi kerja sama dalam beberapa program pemerintah, antara lain pembangunan 3 juta rumah per tahun, peningkatan ketahanan pangan melalui produktivitas padi dan jagung, serta ketahanan energi melalui revitalisasi sumur minyak.
Sejak didirikan pada 1979, CITIC telah menjadi pemain utama dalam pengembangan ekonomi Tiongkok, dengan total aset diperkirakan mencapai US$ 1,6 triliun, menjadikannya salah satu perusahaan BUMN dan grup konglomerat terbesar di Tiongkok.
Terakhir, Rosan bertemu dengan Zhuhai Hongwan Ocean Fisheries yang menyatakan akan bekerja sama dengan mitra lokal untuk mengembangkan investasi di sektor perikanan di Indonesia bagian timur, dengan total investasi mencapai US$ 460 juta.

Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi Towa.co.id.

Ikuti Sosial Media Kami:

X Logo Snack Video